Kebanyakan Memperhatikan Media Sosial Picu Fobia
A
A
A
JAKARTA - Terlalu sering menggunakan media sosial seperti Facebook, Twitter atau Path dipercaya bisa memicu seseorang alami fobia, yaitu takut ketinggalan informasi di jejaring sosial saat liburan. Keadaan ini juga biasa disebut sebagai fear of missing out (FoMO).
"Hal ini menyebabkan distorsi kognitif. Akibatnya mereka akan berpikir bahwa itu yang membuat mereka benar-benar ketinggalan informasi di media sosialnya," papar psikolog klinis di New York University Langone Medical Center's Rusk Rehabilitation, Amerika Serikat, dr Joe Travella.
Dilansir dari Fox News, saat ini FoMO juga banyak dialami sejumlah orang. Parahnya, keadaan ini menyebabkan beragai masalah. Seperti timbul perasaan terisolasi dan merasa sendirian saat sedang berlibur.
Agar tidak mengalami hal tersebut, Travela pun menyarankan untuk fokus dalam kehidupan nyata. Misalnya, menggunakan liburan sebagai waktu untuk fokus dengan hubungan fisik dibandingkan kehidupan dunia media sosial.
"Sangat penting untuk memiliki sikap syukur dan mengambil kendali hidup Anda, sehingga dapat menempatkan diri di luar sana. Mulailah dengan bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman untuk merencakan sesuatu dan membuat diri Anda sibuk," saranya.
Psikolog sekaligus penulis buku Wild Chickens and Petty Tyrants: 108 Metaphors for Mindfulness, Arnie Kozak, Ph. D menjelaskan, setiap orang harus melihat hal baik dari pengalaman orang lain di media sosial dan jangan menilai kehidupan Anda membosankan. Pasalnya, pengalaman setiap orang berbeda.
"Gunakan FoMO Anda sebagai katalis untuk menciptakan target yang realistis. Anda dapat memanfaatkannya sebagai inspirasi," kata dia.
FoMO umumnya terjadi saat seseorang menggunakan jejaring sosial dan menilai teman-teman memiliki kehidupan yang lebih menarik atau melakukan hal yang asik. Hal tersebut otomatis membuat seseorang akan merasakan sedih dan tertinggal karena tidak bisa melakukan hal yang sama.
Mereka yang mengidap FoMO biasanya memiliki keinginan untuk tetap berhubungan dengan media sosial secara terus-menerus. Selain itu, mereka juga selalu ingin mengetahui apa yang dilakukan orang lain. Bahkan, mereka juga akan lebih sering mengirim sms atau email saat berkendara dan akan lebih gemar memperhatikan media sosial saat mendengarkan kuliah.
"Hal ini menyebabkan distorsi kognitif. Akibatnya mereka akan berpikir bahwa itu yang membuat mereka benar-benar ketinggalan informasi di media sosialnya," papar psikolog klinis di New York University Langone Medical Center's Rusk Rehabilitation, Amerika Serikat, dr Joe Travella.
Dilansir dari Fox News, saat ini FoMO juga banyak dialami sejumlah orang. Parahnya, keadaan ini menyebabkan beragai masalah. Seperti timbul perasaan terisolasi dan merasa sendirian saat sedang berlibur.
Agar tidak mengalami hal tersebut, Travela pun menyarankan untuk fokus dalam kehidupan nyata. Misalnya, menggunakan liburan sebagai waktu untuk fokus dengan hubungan fisik dibandingkan kehidupan dunia media sosial.
"Sangat penting untuk memiliki sikap syukur dan mengambil kendali hidup Anda, sehingga dapat menempatkan diri di luar sana. Mulailah dengan bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman untuk merencakan sesuatu dan membuat diri Anda sibuk," saranya.
Psikolog sekaligus penulis buku Wild Chickens and Petty Tyrants: 108 Metaphors for Mindfulness, Arnie Kozak, Ph. D menjelaskan, setiap orang harus melihat hal baik dari pengalaman orang lain di media sosial dan jangan menilai kehidupan Anda membosankan. Pasalnya, pengalaman setiap orang berbeda.
"Gunakan FoMO Anda sebagai katalis untuk menciptakan target yang realistis. Anda dapat memanfaatkannya sebagai inspirasi," kata dia.
FoMO umumnya terjadi saat seseorang menggunakan jejaring sosial dan menilai teman-teman memiliki kehidupan yang lebih menarik atau melakukan hal yang asik. Hal tersebut otomatis membuat seseorang akan merasakan sedih dan tertinggal karena tidak bisa melakukan hal yang sama.
Mereka yang mengidap FoMO biasanya memiliki keinginan untuk tetap berhubungan dengan media sosial secara terus-menerus. Selain itu, mereka juga selalu ingin mengetahui apa yang dilakukan orang lain. Bahkan, mereka juga akan lebih sering mengirim sms atau email saat berkendara dan akan lebih gemar memperhatikan media sosial saat mendengarkan kuliah.
(alv)